Tidak ingat kapan pastinya saya diajak masuk didalam satu group, yang saya pikir adalah hasil dari acara pemuka lintas agama di salah satu gedung Walikota Semarang. Ternyata grup itu berbeda walaupun ada beberapa orang yang sama terlibat di dalamnya. Ternyata pergerakan antar komunitas ini diawali karena merasa tidak terima dengan keputusan penolakan buka bersama Ibu Sinta Wahid di halaman Gereja Katolik di Ungaran, yang akhirnya dipindah di pendopo kelurahan, sungguh miris ketika mantan Ibu Negara yang ingin menjalankan Buka Bersama dengan konsep pluralisme di tolak oleh sebagian kelompok yang berbeda pandangan. Itulah titik awal saya mengenal Pelita, dimana banyak individu dari perwakilan komunitas-komunitas besar memiliki visi dan misi yang sama dalam menegakkan kebenaran dari apa yang tidak benar.
Ada dua event yang teringat selalu di dalam pelita. Event yang pertama adalah “Seribu Lilin untuk Ahok.” Diri ini sebagai bagian dari orang Tionghoa dan Indonesia sungguh tergugah, bagaimana ketika ketidakadilan yang jelas dan nyata tidak diluruskan dan orang yang minoritas harus tunduk kepada yang mayoritas. Malam itu saya masih ingat di bulan April 2017, saya diminta oleh Koordinator Pelita untuk mewakili suara dari agama Khonghucu.Semua serba merah dengan lilin yang menyala sampai ribuan, hingga sempat hati ini grogi tetapi dengan semangat kebersamaan, maju melangkah lumayan walau tidak sebagus pembicara-pembicara yang sudah punya jam terbang tinggi. Sedikit orasi waktu itu mendapat gemuruh dan tepuk tangan dari para relawan yang hadir waktu itu.
Mungkin hampir 50% orang Tionghoa ikut hadir berdesakan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan 1000 lilin untuk Ahok, sebuah kejadian langka di Semarang. Kehebatan Pelita, saya angkat topi melihat bagaimana dengan kondisi yang viral saat itu dapat ditangkap dan dapat menyentuh banyak nurani orang sehingga mau berbondong-bondong berkumpul di taman KB, yang sekarang menjadi Taman Indonesia Kaya, dan semua dijalankan dengan prosedur yang benar sehingga tidak ada penolakan dari pihak tertentu karena perizinan dll. sesuai dengan prosedur yang ada.
Lebih hebatnya acara tersebut viral banyak di media dan media sosial, salah satu gawe Pelita yang menurut pandangan kami adalah sesuatu yang luar biasa dimana dapat mengingatkan bahkan menggugah banyak orang untuk ikut terpanggil menolak ketidakadilan yang menimpa Ahok waktu itu. Banyak forum maupun komunitas lintas agama tetapi Pelita dapat menyentuh ke akar rumput masih dengan cara yang elegan dan terpelajar.
Acara berikutnya yang berkesan sekali adalah “Srawung Kaum Muda Lintas Agama.” Acara yang digagas Pelita ini menurut pandangan saya luar biasa. Waktu itu isu penistaan sangat santer, setelah berhasil membuat acara momentum di seribu lilin yang menunjukan betapa keadilan masih dijunjung tinggi. Acara Srawung melibatkan waktu itu kurang lebih 1300 peserta dari pemuda lintas agama dan kepercayaan, belum ditambah para panitia dan sukarelawan. Sungguh srawung nyata yang dijalankan oleh para pemuda lintas agama dari mulai pembentukan panitia, bagaimana mereka mencari dana, berkoordinasi dengan berbagai organisasi dan komunitas, berkoordinasi dengan tokoh agama dan pemerintah dan semua berjalan dengan harmonis. Semangat kebersamaan inilah yang membuat saya angkat topi kepada panitia, sukarelawan dengan tanpa didasari faktor kepentingan golongan, semua semata-mata demi mewujudkan nilai kebersamaan dalam srawung lintas agama.
Kami juga diberi kesempatan untuk berorasi tentang srawung lintas agama, ada perasaan grogi, bangga menjadi bagian dari sejarah srawung pemuda lintas agama yang dihadiri oleh banyak komunitas dengan ribuan pemuda yang bersama merayakan kerukunan dan persaudaraan. Bagi saya menjadi bagian dan menjadi saksi sejarah adalah kebahagiaan yang tidak dapat dinilai dengan materi apapun. Kinerja Pelita sebagai benar-benar pelita ketika orang merasa di dalam kegelapan, Pelita dapat hadir sebagai secercah harapan baru.
Kalau bisa saya tarik didalam kebijakan di Agama Khonghucu Pelita hadir layaknya danau di padang pasir dan selalu didasari kebersamaan, sesuai sekali dengan ayat Sabda Suci Jilid VI Pasal 30 Ayat 3:
“Seorang yang berperi Cinta Kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lainpun tegak; ia ingin maju, maka berusaha agar orang lainpun maju.”
Dasar cinta kasih antar komunitas yang membuat perbedaan adalah sesuatu yang melengkapi dalam menjalani kegiatan. Ketika ada masalah di masyarakat tanpa memandang minoritas dll., asal benar maka Pelita akan dengan lantang menegakkan kebenaran untuk meluruskan akan hoax dan semacamnya.
Tentunya kemajuan Pelita sekarang tidak lepas adalah karena telah memajukan dengan membantu banyak komunitas, dan meluruskan masalah-masalah dengan dasar Cinta Kasih dan Kebenaran.
Maka sebuah harapan saya adalah semoga Pelita tetap menjadi Pelita yang sekarang, dengan kebersamaannya, dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing semuanya menjadi satu harmoni yang indah. Tentunya kemajuan akan selalu diperoleh Pelita dengan iklas dan tulus memajukan dan menegakkan kebenaran yang tidak lupa didasari kebenaran dan Cinta kasih.





