Gerakan Kebangsaan (Gerbang) Watugong memberikan pernyataan sikap untuk seluruh umat beragama agar bijak dalam menjaga perdamaian saat masa PEMILU.
Gerakan yang diinisiasi sejak 10 Oktober 2020 oleh Forum Kerukunan Umat Beragama Jawa Tengah bersama 49 organisasi lainnya di Jawa Tengah, merasa prihatin terhadap perkembangan situasi sosial-politik di Indonesia menjelang hari H Pemilu. Risiko perpecahan antar elemen masyarakat dan kerusakan modal sosial sudah membayang.
“Kami menyerukan agar tim sukses, elit politik, atau pihak mana pun yang mengampanyekan pilihan politiknya untuk tidak menggunakan strategi politik identitas maupun politisasi agama,” ujar K.H Taslim Syahlan selaku perwakilan Gerbang Watugong.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pernyataan sikap tersebut sangat perlu dilakukan guna meredam dan mengantisipasi gerakan politik identitas yang disinyalir dilakukan dalam pertarungan PEMILU 2024 ini.
“Tokoh agama harus bisa mengawal, jangan sampai agama menjadi komoditas politik. Netralitas pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun daerah, pejabat struktural, pejabat fungsional dan aparatur sipil negara lainnya harus benar-benar dijaga,” tegasnya.
Pendapat senada, ditegaskan Pendeta Arianto Nugroho yang mewakili umat Kristiani di Jawa Tengah yang juga mendukung pernyataan sikap tersebut.
“Umat Kristiani bebas memilih, tapi kami berharap para kontestan pemilu tidak melakukan kampanye yang memecah belah dengan membawa politik identitas atau politisasi agama, dan semua pihak harus tetap menjaga kerukunan bangsa,” ujarnya.
Seruan terbuka dari sejumlah tokoh agama Jawa Tengah yang tergabung dalam Gerbang Watugong di Semarang, yakni menyerukan agar seluruh masyarakat saling menghormati perbedaan pilihan politik. Kedua, menghimbau untuk tidak menggunakan strategi politik identitras bagi para tim sukses, elit politik atau pihak. Ketiga, menyerukan agar pemangku jabatan dari pusat hingga daerah bersikap netral, jujur dan menjunjung tinggi nilai demokrasi.





